Pimpinan dan Walikota Tangerang

Pimpinan dan Walikota Tangerang Bapak H. Arief R Wismansyah berpose saat di Tanah Suci.

Jamaah Haji KBIH Nurul Hikmah

Jamaah Haji KBIH Nurul Hikmah di Pelataran Masjid Nabawi.

Jamaah Umroh 2014 KBIH Nurul Hikmah

Jamaah Umroh KBIH Nurul Hikmah berpose di pelataran Masjid Nabawi.

Masjidil Haram dalam Perbaikan

Beberapa gambar saat perombakan Masjidil Haram yang diprediksi kelar pada 2016.

Pembukaan Manasik Haji 2014

Kabid Haji Provinsi Banten tengah menyampaikan pidato pada pembukaan Manasik Haji 2014.

Senin, 24 Maret 2014

Manasik Haji 1: Pengertian & Hukum Haji dan Umrah



PENGERTIAN HAJI

Secara bahasa Haji berarti maksud atau keinginan untuk berkunjung. Kata haji merupakan masdar dari Hajja, Yahujju yang juga berarti berniat atau bermaksud.

Sedangkan menurut syara’ Haji berarti, pergi dengan tujuan tertentu (yaitu Baitul Haram dan Arafah) pada waktu tertentu (pada bulan-bulan haji) dan melaksanakan amal/perbuatan tertentu (yaitu wukuf di Arafah, thawaf, sa’I dan lain-lain) dengan syarat-syarat tertentu pula.

Tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam pelaksanaan haji yaitu, Ka’bah, Mas’a (tempat sa’i), Padang Arafah, Muzdalifah (tempat mabith) dan Mina ( tempat melontar jumroh).

PENGERTIAN UMRAH

Secara bahasa Umrah adalah ziarah artinya berkunjung dan maksud, tujuan, niat dan juga sengaja. Yaitu menyengaja mengunjungi Baitul Haram untuk thawaf, sa’i.

Adapun menurut istilah syara’ Umrah bermakna, Berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melaksanakan ibadah ihram di Miqat, thawaf, sa’I dan cukur.

Dari sisi tata cara ibadah Umrah menyerupai Haji oleh sebab itu sering kali orang menyebut umrah dengan istilah haji kecil. Perbedaannya dengan kata Haji adalah; dalam umrah tidak melakukan jumrah, wukuf dan mabith.

DALIL HAJI

Dalil Al-Qur’an

Terdapat dua dalil perihal kewajiban Haji, yakni dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist.
Adapun dalil yang bersumber dari Al-Quran terdiri dari tiga surah. Pertama tertulis dalam surah Al-Imran (3) ayat 97.

“… Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesunggunya Allah Maha Kaya(tidak memerlukan suatu apa pun) dari semesta alam.”

Kedua terdapat dalam surah Al-Hajj (22) ayat 27-28.

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak dan berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.”

Dan ketiga tertulis dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 196.

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelilah) kurban ¹ yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu², sebelum kurban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu ada yang sakit atau gangguang di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajib baginya membayara fidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkurban. Apabila kamu telah (merasa) aman, bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji –haji tamattu’- ( di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah). Dan bertakwalah kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaannya.”

¹. Yang dimaksud dengan kurban di sini ialah menyembelih binatang kurban sebagai pengganti wajib haji yang ditinggalkan; atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang dilarang dalam ibadah haji.
². Mencukur kepada adalah salah satu amalan wajib dalam haji, sebagai tanda selesainya ihram.

Dalil Hadist

Dan dalil yang bersumber dari hadist meliputi hadist Rasulullah yang diriwatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhori & Muslim dan Imam Tirmdzi. Juga ada hadist lain yang menerangkan tentang kewajiban melaksanakan haji hanya satu kali seumur hidup.

Dari Ibn Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kalian segera mengerjakan haji karena sesungguhnya seseorang tidak pernah tahu halangan yang akan merintanginya.” (HR. Ahmad)
Dari Ibn Umar RA berkata: Aku mendengar  Rasulullah SAW bersabda : “Islam itu didirikan atas lima pilar: syahadat tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhori & Muslim)

Dari Ali Ibn Abi Thalib RA. Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan lalu dia tidak berhaji, hendaklah ia mati dalam keadaan menjadi orang Yahudi atau Nasrani.” (HR. Tirmidzi)

Wajib Haji Sekali Seumur Hidup

Dan dalil berikutnya adalah menjelaskan perihal kewajiban haji yang hanya satu kali seumur hidup dan selebihnya dihitung sebagai ibadah sunnah.

Hadis ke 720 di dalam Bulughul Marom, bahasan Kitab Haji, menjelaskan : "Rasulullah SAW telah berkhutbah di hadapan kami, dan berkata "Allah SWT telah mewajibkan haji pada kalian. Lantas Al Aqro bin Habis, berkata "Apakah haji tersebut wajib setiap tahun? Rasul berkata, seandainya iya, maka kukatakan wajib (setiap tahun), namun haji cuma wajib satu kali. Siapa yang melebihi dari satu kali, maka itu hanyalah haji sunnah".
  
Bersambung…

Jumat, 07 Maret 2014

Tips Menjaga Kesehatan Kulit Selama di Tanah Suci

Faktor cuaca yang ektrem dan jauh berbeda antara di tanah air dan di tanah suci menjadi salah satu penyebab yang mengganggu kesehatan, terutama kesehatan kulit jama’ah, dalam menjalankan ibadah di tanah suci. Beberapa gangguan kesehatan kulit yang biasa terjadi akibat cuaca tersebut di antaranya.

1.       Bibir pecah-pecah 
2.       Kering dan kasar 
3.       Kulit kriput 
4.       Kulit menebal dan hitam 
5.       Kulit kaki pecah-pecah 
6.       Hingga berdarah


Berikut adalah beberapa tips yang patut menjadi perhatian bagi jama’ah haji dan umrah selama berada di tanah suci agar terhindar dari gangguan kesehatan tersebut. 

1.       Perbanyak minum (utamakan dalam intensitas yang sering) 
2.       Konsumsi makanan sayur dan buah serta vitamin 
3.       Gunakan payung 
4.       Gunakan masker hidung 
5.       Gunakan kaos kaki dan sendal atau sepatu yang lunak 
6.       Sebagai penjagaan dan pengobatan gunakan pelindung kulit khusus

Untuk segala gangguan kesehatan kulit tersebut, kini telah hadir Ihram Skin Care sebuah produk dengan Pelembab dan SFP tinggi tanpa alkohol dan parfum yang memberikan perlindungan terbaik kepada para calon jama’ah haji dan umroh selama di tanah suci. Terdapat empat varian produk lengkap yang dikemas dalam satu paket perlindungan  Ihram Skin Care. 

1.       Body lotion plus pelembab tinggi & Sun Protection Factor (SPF) 30 
2.       Liquid body soap plus pelembab 
3.       Foot cream plus pelembab tinggi 
4.       Sub Block plus pelembab tinggi dan SPF 50


Keempat produk tersebut berfungsi untuk memberikan perlindungan dengan penggunaan sebagai lotion pada tubuh, sabun, pelembab kaki dan pelindung matahari. Sementara untuk tempat penggunaan dapat digunakan mulai dari tiba di Bandara, Tempat Miqot, Umrah siang dan Malam selama di tanah suci.

Kelebihan yang dimiliki produk ini yang tidak dimiliki produk kosmetik lain pada umumnya adalah dapat digunakan di manapun dan saat melakukan apa pun, termasuk berihram. Saat berihram jama’ah haji dan umrah dilarang menggunakan parfum, maka dengan Ihram Skin Care jama’ah dapat menggunakan produk ini sekalipun saat ihram karena ia tidak mengandung parfum dan alkohol.

Ihram Skin Care, 100% terbuat dari bahan alami madu dan VCO. Madu memiliki kelembaban dan kandungan protein yang tinggi sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit di iklim yang sangat ektrem. Sementara Virgin Coconut Oil (VCO) memiliki anti-oksidan dan penggunaannya telah menjadi tradisi di masyarakat juga memberi manfaat perlindungan bagi kesehatan kulit yang sudah terbukti.

Info lebih lanjut klik http://ummu-faela.blogspot.com/p/blog-page_8.html

Selamat menunaikan haji dan umrah.

Senin, 03 Maret 2014

Meluruskan Niat ke Tanah Suci

Menjelang berangkat ke tanah suci, sebaiknya kita bertanya kepada diri sendiri: niat apakah yang melandasi kepergian kita berhaji? Realitasnya, ternyata sangat beragam. Mulai dari yang berhaji karena ‘tidak sengaja’ diajak saudara atau penugasan kerja, ingin dapat predikat dan penghargaan masyarakat, sampai kepada yang memang ingin beribadah menyempurnakan kualitas jiwanya disana.

Apakah tidak boleh kita memiliki background niat yang bermacam-macam seperti itu? Ooh, boleh-boleh saja, tidak ada yang melarang. Tetapi, ternyata Allah mengajarkan di dalam Al Qur’an agar kita meluruskan niat dalam menjalani ibadah ini. Justru, dikarenakan beragamnya niatan orang-orang yang datang dari segala penjuru Bumi itu.

QS. Al Baqarah (2): 196
Wa atimmul  hajja wal ‘umrota lillaah...
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umroh(mu) karena Allah semata...

Kata ‘menyempurnakan’ dalam ayat itu mengindikasikan adanya berbagai macam niat dalam beribadah haji. Termasuk niat untuk sambil berdagang atau bekerja yang memang diperbolehkan oleh Allah, sebagaimana diinformasikan dalam ayat-ayat sesudahnya. Tetapi, ketika ritual haji sudah dimulai, semuanya harus meluruskan niat untuk hanya beribadah kepada Allah semata. Banyak-banyak berdzikir mengingat Allah.

QS. Al Baqarah (2): 198
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia Tuhanmu (berniaga di musim haji). Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam (sebanyak-banyaknya). Dan berdzikirlah kepada Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang tersesat.

Bahkan anjuran untuk menyempurnakan niat itu berlaku juga bagi mereka yang meniatkan ibadah, tetapi belum sempurna ‘karena Allah’. Banyak peribadatan sepanjang haji itu yang bisa menjebak kita untuk ‘tidak karena Allah’. Sehingga membuat ibadah kita kurang sempurna.

Seorang kawan ketika ditanya tentang niatnya beribadah haji menjawab begini: ‘’Saya ingin berdoa di tanah suci agar masalah yang menghimpit hidup saya cepat teratasi.’’ Sebuah niat ibadah yang cukup baik, tetapi bisa menurunkan kesempurnaan haji jika ‘meleset’ dalam persepsi. Mirip dengan seseorang yang menjalankan shalat Dhuha karena ingin dapat rezeki, atau melakukan puasa karena ingin lulus ujian.

Yang begini ini, jika tidak kita sadari, bisa menjebak kita ke dalam praktek ibadah yang bukan karena Allah semata. Tetapi, dikarenakan rezeki dan lulus ujian. Jangan. Ibadah mesti ‘lillaahi ta’ala’ – hanya karena Allah semata. Bahwa, setelah itu kita menjadi dekat dengan Allah, dan segala macam masalah hidup teratasi dengan baik, itu adalah ‘bonus’ dari perilaku yang benar di jalan Allah.

Niatan dan persepsi yang salah dalam berdoa di tanah suci itulah yang lantas melahirkan berbagai praktek yang keliru pula. Sehingga banyak orang yang ‘titip doa’ kepada saudara atau sahabatnya yang sedang menunaikan ibadah haji, agar dibacakan di depan Kakbah. Mereka beranggapan doa yang dibacakan di tempat mustajab itu pasti terkabul, tidak sebagaimana kalau mereka panjatkan di tanah air. Apalagi ada yang menambahkan dengan kalimat begini: ‘’Ya Allah, kami sudah bertahun-tahun berdoa di tanah air belum juga Engkau kabulkan, kini kami datang ke rumah-Mu untuk berdoa agar Engkau penuhi...’’

Rupanya si jamaah haji atau orang yang titip doa itu mengira Allah berada di dalam Kakbah. Mungkin karena tempat suci itu disebut sebagai Baitullah alias ‘Rumah Allah’. Sedangkan di tanah air ia merasa jauh dari Allah, sehingga doanya tidak mustajab. Tentu saja yang begini ini berselisihan dengani ajaran Al Qur’an yang mengatakan bahwa Allah itu sudah sangat dekat – lebih dekat dari urat leher kita sendiri – dan Dia akan mengabulkan doa orang-orang yang memang bermohon kepada-Nya dimana pun ia berada, selama ia melakukannya dengan benar.

QS. Al Baqarah (2): 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa jika ia (memang) bermohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman (hanya) kepada-Ku, agar mereka berada di dalam kebenaran.

Berhaji harus meluruskan niat karena Allah semata. Di tanah suci itulah kita sedang ‘bertamu’ kepada-Nya untuk berburu hikmah dalam menyempurnakan kualitas jiwa. Meningkatkan spiritualitas menuju kesempurnaan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Meniru keikhlasan keluarga Nabi Ibrahim yang hanif (lurus) dalam bertauhid hanya kepada-Nya...

QS. An Nahl (16): 120-122
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (ia pandai) mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

Walahu a’lam bishshawab.

sumber: http://m.facebook.com/notes/agus-mustofa/tasawuf-haji-5/10151075424041837/?p=10